Kementan Manfaatkan IoT dan AI untuk Adaptasi Perubahan Iklim


Artificial Intelligence

Ilustrasi Artificial Intelligence

Dampak perubahan iklim terus mendapat perhatian masyarakat dunia. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, peran inovasi dan teknologi termasuk internet of things dan artificial intelligence perlu dimaksimalkan dalam upaya adaptasi perubahan iklim. 

“Kita sedang berada di era Artificial intelligence. Penggunaannya perlu kita manfaatkan untuk mendapatkan pengetahuan dan analisis tajam tentang strategi yang dilakukan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim,” kata Syahrul dalam keterangan resminya, Kamis (2/12).

Menurut Syahrul, artificial intelligence dapat turut mendukung agenda yang dijalankan dalam beradaptasi dengan perubahan iklim. Agenda pertama yang harus dijalankan adalah menyamakan persepsi dan mindset terhadap kondisi perubahan. Kedua, agenda mengenai tata kelola yang harus dilakukan, termasuk dalam penerapannya.

“Kita misalnya harus bisa memprediksi varietas yang harus digunakan, apakah varietas tahan genangan atau varietas tahan kering. Pertanaman pun begitu, harus diatur,” jelasnya.

Syahrul menambahkan, semakin besar dampak dari perubahan iklim maka semakin besar pula kekuatan yang harus dikeluarkan untuk mengatasinya.“Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, akademisi tidak bisa sendiri. Kami butuh kecerdasan para peneliti dan perguruan tinggi untuk mengatasi masalah ini. Inovasi harus kita mainkan,” tegas Syahrul.

Wakil Ketua Dewan Penasihat Perhimpunan Meterologi Pertanian Indonesia (Perhimpi) Yonny Koesmaryono menyampaikan pihaknya siap membantu Kementan, terutama pemetaan wilayah yang berpotensi terdampak perubahan iklim.

“Mudah-mudahan kami bisa mengembangkan sesuai pengetahuan dan teknologi, termasuk dalam memetakan wilayah-wilayah yang rentan dampak perubahan iklim,” jelasnya.

Dirinya menyebutkan sektor pertanian adalah salah satu sektor yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Tapi juga perlu diingat, pertanian merupakan salah satu sektor pembangkit ekonomi sekaligus pilar penyangga ketahanan pangan dan ketahanan sosial politik dan keamanan nasional.

“Karena itu, sektor pertanian harus mengutamakan upaya adaptasi agar lebih tangguh menghadapi perubahan iklim, sehingga produksi pertanian dan ketahanan pangan tidak terganggu, namun tidak mengabaikan upaya mitigasi,” ujarnya.

Perhimpi menilai perlunya peningkatan kemampuan petani untuk memanfaatkan informasi prediksi iklim seoptimal mungkin melalui informasi prediksi cuaca dan iklim berbasis dampak dalam bidang pertanian.

“Kita harus bisa mendiseminasikan informasi-informasi tentang iklim ini kepada petani sehingga teknologi yang mereka jalankan bisa tepat,” katanya.


Bagikan artikel ini