Microsoft dan PNNL Gunakan AI, Ciptakan Baterai Pengganti Litium


Microsoft

Logo Microsoft

 

Microsoft bersama Pacific Northwest National Laboratory (PNNL) telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan cloud computing berskala besar dalam upaya mencari material baterai yang dapat menggantikan litium. Penelitian ini telah mencapai titik signifikan dengan menemukan elektrolit solid state baru yang menjanjikan.

Material baru ini, berupa kombinasi litium dan sodium, dianggap memiliki potensi besar karena dapat mengurangi risiko baterai meledak dan membutuhkan jumlah litium yang lebih sedikit. Dalam konteks tingginya permintaan baterai untuk mobil listrik, material ini menjadi alternatif yang menarik karena ketersediaan sodium yang melimpah di bumi.

Microsoft menyatakan bahwa material ini dapat mengurangi penggunaan sodium dalam baterai hingga 70%, membuka peluang besar untuk pengembangan baterai yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, material tersebut dapat digunakan untuk membuat baterai solid state yang jauh lebih aman dibandingkan dengan baterai litium ion konvensional yang menggunakan elektrolit cair yang rawan terbakar.

Meskipun masih dalam tahap pengujian, peneliti melihat potensi pemanfaatan AI generatif dalam mempercepat proses penemuan material baru. Karl Mueller dari PNNL menyatakan bahwa kecepatan dalam menemukan ide dan material baru adalah kunci, dan AI dapat menjadi cara masa depan untuk mencapainya.

"Point utamanya adalah untuk mendapatkan kecepatan untuk menemukan ide, sebuah material baru. Jika kita bisa melihat akselerasi seperti itu, tebakan saya adalah ini menjadi cara di masa depan untuk menemukan material seperti ini," kata Karl Mueller, peneliti dan direktur program pengembangan di PNNL, dikutip dari The Verge, Kamis (11/1/2024).

Kerja sama antara Microsoft dan PNNL dimulai pada tahun 2023, ketika Microsoft menawarkan platform Azure Quantum Elements (AQE) kepada para peneliti PNNL. AQE, yang menggabungkan high performance computing (HPC) dan AI, menjadi kunci dalam mengidentifikasi kandidat material baterai baru. Dalam waktu 80 jam, AQE memberikan 32 juta saran material, yang kemudian disaring hingga tersisa 23 kandidat, termasuk lima material yang sudah diketahui.

Vijay Murugesan, seorang peneliti di PNNL, mengatakan "32 juta adalah jumlah yang tak akan pernah bisa kami temukan. Bayangkan seorang manusia duduk dan meneliti 32 juta material dan memilih satu atau dua dari jumlah itu. Ini hal yang tak mungkin terjadi.”  Dari 23 kandidat, satu material dipilih, diuji, dan akhirnya dibuat menjadi prototipe baterai yang berhasil menyala.

Meskipun masih memerlukan ratusan prototipe dan uji coba lebih lanjut sebelum material ini dapat dipasarkan, pencapaian ini membawa harapan akan adopsi material baru untuk baterai di masa depan. Kolaborasi antara Microsoft dan PNNL, didorong oleh kecerdasan buatan dan cloud computing, menandai langkah penting dalam merintis solusi energi yang lebih aman dan berkelanjutan.


Bagikan artikel ini