Ngaji.ai: Memudahkan Belajar Mengaji dengan Teknologi AI


Logo ngaji.ai

Logo ngaji.ai

Belajar mengaji, salah satu aspek penting dalam kehidupan umat Islam, kini mendapat sentuhan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Di Indonesia, sebuah inovasi menarik telah muncul yang menggunakan AI untuk memudahkan pembelajaran mengaji. Meski belajar mengaji tidaklah umum dalam penerapan AI, namun dapat menjadi solusi efektif dan efisien dalam meningkatkan literasi agama di masyarakat.

Belajar mengaji tidak jarang dianggap rumit dengan tantangan tersendiri. Dari pengenalan huruf hijaiyah, tanda baca, hingga tajwid, ada sejumlah hal yang perlu dipahami dengan baik. Tradisionalnya, belajar mengaji membutuhkan pendampingan langsung dari guru, yang tidak selalu tersedia bagi semua individu, terutama di daerah terpencil.

Menurut Ketua Yayasan Indonesia Mengaji, Komjen Pol Syafruddin, pada tahun 2021, sekitar 65 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak bisa membaca Alquran. Fakta ini mencerminkan pentingnya pengembangan metode pembelajaran yang lebih inklusif dan mudah diakses oleh masyarakat luas.

Dalam lingkup yang lebih kecil, data serupa juga ditemukan mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Prof. Dr. Sutarto Hadi, yang kini menjadi Co-founder ngaji.ai aplikasi belajar mengaji berbasis AI.

Ia berkisah, pada 2021, dosen agama pada kampus yang dinaunginya itu mendapati bahwa lebih dari 60 persen mahasiswa baru tak bisa mengaji. Atas dasar keprihatinan sekaligus kepedulian terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang terus menjadi isu krusial di Tanah Air, Sutarto pun menginisiasi ngaji.ai.

ngaji.ai: Aplikasi Mengaji Berbasis AI

Dalam upaya memperbaiki kondisi tersebut, Prof. Dr. Sutarto Hadi, mantan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, bersama dengan timnya, mengembangkan ngaji.ai, sebuah aplikasi belajar mengaji berbasis AI. Pada tahun 2021, lebih dari 60 persen mahasiswa baru di kampusnya tidak bisa mengaji. Hal ini menjadi latar belakang utama dalam inisiasi pengembangan aplikasi ini.

“Hal terpenting, pembelajaran mengaji meski tanpa guru harus tetap berkualitas dan akurat,” ujar Sutarto, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (2/2/2024).

Sutarto melihat potensi besar dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran, terutama karena mudah diakses melalui perangkat gadget yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan ngaji.ai, pengguna dapat belajar mengaji kapan saja dan di mana saja, sesuai dengan preferensi dan jadwal mereka masing-masing.

“Melalui aplikasi, kami berharap agar pengguna dapat belajar mengaji kapan saja dan di mana saja. Bahkan, mereka bisa menyesuaikan waktunya sendiri,” tambahnya.

Kolaborasi dengan Vokal.ai

Untuk mewujudkan visi tersebut, Sutarto berkolaborasi dengan Vokal.ai, sebuah perusahaan yang telah mengembangkan teknologi Automatic Speech Recognition (ASR). Survei yang dilakukan oleh Vokal.ai pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 95 persen umat Islam di Indonesia menganggap mengaji sebagai keterampilan penting. Namun, ketersediaan guru mengaji tidak selalu dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Inilah yang mendorong munculnya ngaji.ai sebagai solusi alternatif yang dapat diakses oleh semua orang.

“Saya percaya bahwa Vokal.ai merupakan mitra ideal untuk membangun aplikasi ini. Mereka memiliki teknologi unik dan teruji,” terang Sutarto.

Martijn Enter, CEO Vokal.ai, menegaskan antusiasmenya dalam merespons inisiatif Prof. Dr. Sutarto Hadi untuk membangun aplikasi belajar mengaji, Ngaji.ai. Terinspirasi oleh kedekatannya dengan budaya Indonesia dan pengalaman pribadinya dalam mendalami seni bela diri Pencak Silat, Martijn merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia.

“Saya dibesarkan oleh keluarga Indonesia di Belanda, dan saya juga mendalami Pencak Silat (yang merupakan salah satu warisan budaya milik Indonesia). Bahkan, saya memiliki sekolah Pencak Silat di Belanda. Pengalaman-pengalaman tersebut membentuk kedekatan emosional saya dengan Indonesia dan mendorong saya untuk ingin membangun sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia,” ujar Martijn.

Bersama-sama dengan Sutarto Hadi, rekan sejawatnya di University of Twente, Martijn semakin yakin akan potensi besar Ngaji.ai dalam merespon kebutuhan masyarakat Indonesia. 

Ngaji.ai hadir sebagai solusi yang dapat diandalkan, menggunakan teknologi Automatic Speech Recognition (ASR) untuk memberikan umpan balik yang akurat terhadap cara pengucapan dan pelafalan pengguna. Dengan demikian, aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk merasakan pengalaman belajar yang serupa dengan belajar bersama guru, dimanapun dan kapanpun mereka berada.

Fitur Unggulan ngaji.ai

Ngaji.ai tidak hanya menyediakan pembelajaran mengaji secara standar, tetapi juga memberikan umpan balik yang akurat melalui teknologi ASR terhadap pengucapan dan pelafalan pengguna. Dengan fitur-fitur seperti Leaderboard, Tadarus dengan audio, dan Latihan Membaca Doa, aplikasi ini tidak hanya menjadi alat pembelajaran, tetapi juga menciptakan lingkungan kompetitif dan interaktif bagi penggunanya.

Melalui fitur-fitur inovatifnya, Ngaji.ai tidak hanya menyediakan pembelajaran mengaji yang efektif, tetapi juga memungkinkan adanya pilihan yang sesuai dengan preferensi individu. Dengan adanya kebutuhan yang tinggi dari orang tua untuk memberikan pendidikan mengaji yang baik kepada anak-anak mereka, Ngaji.ai hadir sebagai solusi yang relevan dan efisien.

Dengan demikian, ngaji.ai tidak hanya membantu meningkatkan literasi agama di kalangan umat Islam Indonesia, tetapi juga membuka akses bagi individu-individu yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar mengaji secara konvensional. Kolaborasi antara teknologi dan pendidikan agama melalui ngaji.ai membawa harapan baru untuk menciptakan masyarakat yang lebih terdidik dan terhubung dengan nilai-nilai agama mereka.

Sebagai perangkat lunak yang terus berkembang, ngaji.ai memiliki potensi untuk menjadi alat pembelajaran yang lebih inklusif dan efektif di masa depan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain yang membutuhkan solusi serupa. Dengan terus mengintegrasikan kemajuan teknologi AI, pembelajaran mengaji dapat menjadi lebih mudah, lebih efisien, dan lebih merata di seluruh masyarakat.


Bagikan artikel ini