Pembangunan Ekosistem IoT di Indonesia Masih Hadapi Tantangan


IOT

Ilustrasi IOT

Potensi internet of things (IoT) di Indonesia sangat besar, bahkan diprediksi mampu mencapai Rp 372 triliun pada tahun 2022 ini. Namun meskipun memiliki potensi besar, tidak berarti IoT dapat dengan mulus diimplementasikan secara luas di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Teguh Prasetya menuturkan bahwa terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi dalam upaya pembangunan ekosistem IoT di Indonesia. Setidaknya, terdapat empat tantangan utama yang harus dihadapi pengembang IoT.

Pertama, tantangan yang harus dihadapi berkaitan dengan literasi digital di kalangan executive level serta masyarakat umum mengenai IoT. Teguh menyampaikan, bahwa masih banyak yang belum sepenuhnya memahami IoT sehingga diperlukan adanya edukasi dan sosialisasi secara masif dan terstruktur.

Tantangan kedua, berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) yang masih minim, khususnya SDM yang telah memiliki sertifikasi dan spesialisasi di bidang IoT. Guna mengatasi masalah ini, perlu diadakan pelatihan, asesmen, serta pembinaan yang menyeluruh dari pendidikan dasar hingga vokasi.

“Minimnya SDM menjadi kendala, dan jawabannya adalah melakukan training dari pendidikan dasar hingga vokasi. Hal ini dapat dilakukan oleh lembaga formal maupun mandiri dan online. Tujuannya, agar banyak SDM yang mempunyai skill di bidang IoT,” jelas Teguh dalam keterangannya, melansir dari Republika.co.id, Rabu (2/2/2022).

Tantangan ketiga adalah keterbatasan kapital atau modal, baik dalam bentuk investasi awal dan insentif mengenai IoT. Tantangan ini sendiri dapat dijawab dengan fleksibilitas pola implementasi mulai dari OPEX, bagi hasil, hibah, hingga sponsorship.

Sementara tantangan keempat sendiri adalah masalah komponen elektronik seperti importasi dan kelangkaan suplai. Teguh kemudian menyarankan diadakannya kemudahan serta insentif untuk impor komponen.

“Hal ini diperlukan untuk pembuatan industri komponen elektronik seperti chip di Indonesia. Kita berharap bisa mengatasi kelangkaan suplai dengan menggunakan produk chip lokal yang ada,” jelas Teguh.

Teguh menyimpulkan, bahwa IoT akan terus bertumbuh dengan pesat. Hal ini pun sejalan dengan pengembangan otomatisasi di semua sektor kehidupan masyarakat yang didorong oleh revolusi industri 4.0.

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah dengan pengembang IoT juga penting untuk dilakukan agar bisa membentuk ekosistem yang saling bersinergi, sehingga IoT pun dapat tumbuh dengan cepat.

Teguh melanjutkan, upaya bersama perlu dilakukan untuk dapat mempercepat dan mengembangkan ekosistem industri di Tanah Air. Baik itu untuk industri perangkat, chip, komponen, jaringan, platform, sampai aplikasi dan solusi atau integrator di bidang IoT.


Bagikan artikel ini