Perguruan Tinggi Berperan Hadirkan SDM untuk Inovasi Cloud & AI


Dirjen Dikti Prof Nizam Paparkan Kurikulum 4.0 di CCI Conference

Dirjen Dikti Prof Nizam Paparkan Kurikulum 4.0 di CCI Conference

Transformasi digital di berbagai industri saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat akibat pandemi yang memaksa berbagai aktivitas untuk dilakukan secara daring. Pendidikan menjadi salah satu bidang yang kemudian melakukan berbagai langkah digitalisasi untuk mendukung transformasi digital yang tengah berlangsung.

Pada perkembangannya, teknologi artificial intelligence (AI)) atau kecerdasan buatan dan cloud computing menjadi teknologi utama yang dikembangkan dalam era transformasi digital. Hal ini terutama dengan tren metaverse yang kemudian membutuhkan kedua teknologi tersebut.

Perguruan tinggi sendiri sebagai bagian dari institusi pendidikan kemudian memiliki peran untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) digital atau talenta digital untuk mendukung riset dan inovasi di bidang AI dan cloud computing sebagai teknologi utama transformasi digital.

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Dirjen Dikti) Prof. Nizam sendiri, peran pendidikan dalam pengembangan transformasi digital dilakukan melalui transformasi pendidikan 4.0, baik dari pendidikan dasar hingga ke pendidikan tinggi maupun pendidikan non-formal.

“Lalu untuk akselerasi pool talenta digital, tentu termasuk dalam cloud computing, kita perlu mengembangkan SKKNI [Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia] untuk bidang informasi teknologinya, kemudian memperkuat program studi di bidang teknologi yang peminatannya diperluas, misalnya di bidang AI, deep learning, machine learning, cloud computing, IoT, dan sebagainya,” jelas Nizam dalam paparannya di webinar ‘Peran Perguruan Tinggi dalam Riset dan Inovasi Cloud & AI yang merupakan bagian dari rangkaian acara Cloud Computing Indonesia Conference 2022, Jumat (8/4/2022).

Sementara Kepala Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi Institut Teknologi Bandung (PPTIK-ITB) Dr. Ary Setijadi Prihatmanto mengungkapkan, bahwa PPTIK-ITB dalam mendukung transformasi digital ingin memiliki kapasitas untuk melakukan rancang bangun Smart Cyber-Physical System (CPS) pada bidang aplikasi spesifik dengan skema tiga komponen, yaitu people, process, dan technology.

Ary kemudian menjelaskan bahwa pihaknya melihat CPS sebagai gabungan dari empat teknologi yang ada dalam industri 4.0, seperti internet of things (IoT) & robotik, modeling-simulation & AI,  serta human-content interaction yang diwujudkan dalam platform big data.

Pada kesempatan yang sama, Dosen & Peneliti Universitas Gunadarma I Made Wiryana menyampaikan, bahwa dalam pengembangan talenta digital di perguruan tinggi, keterampilan digital kemudian tidak hanya dimiliki oleh mahasiswa dari jurusan teknologi saja. Keterampilan digital ini kemudian bisa dimiliki oleh mahasiswa dari jurusan lain pula.

“Menguasai suatu teknologi selalu terkait dengan kedaulatan kita sendiri sebagai suatu bangsa, karena sumber daya manusia pun merupakan komponen dari kedaulatan teknologi. Oleh karena itu, kita harus mengetahui di tingkat mana pemahaman kita dalam teknologi terutama untuk cloud dan AI,” jelas I Made Wiryana.

Perguruan tinggi dalam pengembangan talenta digitalnya, menurut Made, juga harus melakukan komunikasi yang dekat dengan industri. Hal ini agar pendidikan AI dan cloud bisa sesuai dengan okupasi untuk masa depan talenta digital yang lebih luas.

Sementara dari sisi industri, Country BDE Lead AMD Indonesia Brando Lubis memaparkan perspektif AMD Indonesia sebagai perusahaan teknologi terhadap edukasi dengan produk AMD EPYC.

“Teknologi AMD sendiri tanpa kita sadari sudah tertanam di hampir semua bidang, seperti cloud computing, di mana AMD sudah bekerja sama dengan hampir semua public cloud. AMD benar-benar fokus untuk high performance computing,” jelas Brando.

Pengembangan talenta digital dalam dunia pendidikan terutama untuk teknologi AI dan cloud kemudian membutuhkan kolaborasi yang erat dengan industri yang menyediakan teknologi tersebut. AI sendiri kemudian menjadi teknologi multidisiplin yang bisa dikuasai oleh siapa saja. 


Bagikan artikel ini