Sensor Suara AI dari Rainforest Connection Bantu Lindungi Hutan


Artificial Intelligence

Ilustrasi Artificial Intelligence

Sensor suara berbasis teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) ini ditempatkan di puncak-puncak pohon yang berada di Sirukam, Sumatra Barat guna mengekang illegal logging atau penebangan liar. Melalui teknologi AI, mesin ini akan mengirimkan suara secara langsung di sekitar area hutan selama 24 jam penuh.

Topher White, penemu sensor ini serta founder dari Rainforest Connection menuturkan, dalam lima atau enam tahun ke depan ia mengharapkan dapat memasang lebih dari ribuan sensor audio di hutan seluruh dunia.

“Kami pada dasarnya membangun sistem saraf untuk alam,” kata Topher White.

White sendiri memperoleh ide untuk membangun alat ini sepuluh tahun lalu ketika menjadi sukarelawan untuk projek konservasi owa di Kalimantan. Ia menyampaikan bahwa monitor tidak dapat benar-benar dilakukan ketika ada orang yang berlalu-lalang, namun suara menjadi strategi yang baik untuk mendapatkan monitor yang baik.

Saat ini, organisasi non-profit Topher White yaitu Rainforest Connection, telah merekam berbagai suara di hutan untuk melindungi alam dari penebangan ilegal di belasan negara. Proyek perlindungan hutan ini pun juga didukung perusahaan teknologi terbesar di dunia, Google dan Huawei.

Rekaman suara dari hutan Amazon hingga di Filipina akan dianalisis dengan teknologi AI yang dilatih untuk dapat menyeleksi informasi yang diperlukan, dari suara mesin penebang hingga kicauan burung. Saat sistem mendengar suara mesin gergaji, maka notifikasi peringatan akan dikirimkan melalui aplikasi pada patroli komunitas yang bisa langsung bertindak.

Sejak dipasang lebih dari setahun lalu, para pengawas hutan pun merasa sistem berbasis AI ini telah membantu memudahkan pekerjaan mereka dalam menanggulangi perambahan hutan, serta mempertegas hukum.

“(Penebangan liar) sudah berhenti secara total, mereka takut masuk ke area di sekitar sini,” kata Jasrialdi, salah satu pengawas hutan.

Teknologi AI pada sistem pengawasan hutan ini pun telah melalui enam kali pembaruan untuk dapat memahami lebih memahami alam. Selain itu, dengan pelatihan ilmuwan terhadap AI untuk dapat mengidentifikasi lebih dari 100 spesies secara presisi, Topher White mengharapkan sistem dari Rainforest Connection bisa menjadi ‘ladang emas’ bagi peneliti dan ilmuwan.

“Kami bisa saja melakukan sesuatu yang sangat salah jika tidak membuat penemuan ekologi besar di beberapa tahun yang akan datang,” tutur White.

Departemen Kehutanan Sumatra Barat yang sebelumnya telah memasang 27 alat dari Rainforest Connection ini pun berharap dapat memperluas proyek pencegahan penebangan ilegal ini. Rainforest Connection sendiri tengah menyelesaikan pengumpulan data untuk membantu membuktikan bahwa sistem efektif ini dapat membantu mengekang penebangan liar.


Bagikan artikel ini