Telkom Gandeng Starlink untuk Tingkatkan Pelayanan Telkomsel


Logo Starlink

Logo Starlink

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah menjelaskan mengenai pemanfaatan satelit orbit rendah (LEO) Starlink oleh PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) untuk melayani pelanggan Telkomsel. Hal ini menandai langkah signifikan dalam upaya meningkatkan akses internet di Indonesia, terutama di daerah terpencil atau sulit dijangkau oleh infrastruktur kabel.

Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Ditjen PP, Indra Maulana, kerja sama antara Telkomsat dan Starlink bertujuan untuk memperluas jangkauan layanan internet, dengan Telkomsat yang menerima akses dari Starlink dan menjualnya kembali kepada konsumen, khususnya pelanggan Telkomsel. Total kapasitas yang dimanfaatkan oleh Telkomsat dari Starlink mencapai 180 Gbps, menandakan potensi besar dalam menyediakan konektivitas yang handal bagi masyarakat Indonesia.

“Jadi secara hubungan bisnis ada kebutuhan antara Telkomsat dengan Starlink. Tetapi Starlinknya ini dalam konteks kerja sama. Sementara itu yang tidak boleh adalah kalau Starlink menjual langsung kepada ritel, menjual perangkatnya langsung,” kata Indra dikutip dari Bisnis.Tekno, Jumat (1/2/2024). 

Namun, kerja sama ini tidak terlepas dari perhatian Kemenkominfo terhadap aspek hukum dan keamanan. Indra menyatakan bahwa Starlink harus berbentuk badan hukum Indonesia dan tunduk pada regulasi yang berlaku, termasuk aturan kepemilikan asing dan penetapan tarif yang berbasis ongkos. Ini penting untuk menjaga persaingan yang sehat dan mencegah praktik predatory pricing yang dapat merugikan operator lain di pasar telekomunikasi Indonesia. 

“Salah satu di aturan komunikasi untuk kita menjaga persaingan yang sehat itu adalah cost base, tarif itu harus cost base (berbasis ongkos). Dia tidak boleh predatory pricing, artinya dia jual murah di sini membakar duit biar pelanggannya banyak akhirnya merugikan operator yang lain, itu akan kita pantau, akan kita larang kalau sampai terjadi seperti itu,” kata Indra.

Tantangan dan Regulasi Terkait Penggunaan Starlink

Penggunaan satelit LEO seperti Starlink tidaklah tanpa tantangan. Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Bakti Kemenkominfo, Sri Sanggrama Aradea, menyoroti isu keamanan data dan interkoneksi antar satelit yang menjadi perhatian. Dengan jumlah satelit LEO yang banyak dan bergerak terus-menerus mengitari orbit, sistem dan keamanan data menjadi lebih kompleks. Dia berharap ada keterbukaan data agar layanan Starlink tidak mengganggu satelit GEO milik Bakti.  

Sebagai informasi, cara kerja satelit LEO sangat berbeda dengan satelit yang ada selama ini, seperti Satria-1 yang termasuk satelit geostasioner. Jika satelit geo hanya membutuhkan satu satelit untuk satu kawasan tertentu, satelit LEO cenderung bergerak terus menerus mengitari orbit yang ditentukan. Adapun dalam satu waktu, bisa ada puluhan satelit yang berada di atas suatu negara.

Aradea menekankan pentingnya transparansi data dan kepatuhan terhadap regulasi bagi perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan LEO internasional seperti Starlink. “Kalau memang LEO mau digunakan dengan baik, harus transparan dan harus adil. Kalau kalian mau masuk sini buka dong semua [datanya],” ujar Aradea kepada wartawan di acara Diskusi Awal Tahun Indotelko Forum, Selasa (30/1/2024).

Aradea juga menyoroti pentingnya patuh terhadap berbagai peraturan yang berlaku, termasuk hak labuh, biaya frekuensi, dan kerja sama dengan operator lokal. Hal ini penting untuk menjaga keberlangsungan hidup dari operator seluler yang mungkin terancam bisnisnya karena penetrasi perusahaan LEO. 

Kelompok Keahlian Telekomunikasi Ridwan Effendy juga menegaskan bahwa regulasi ini memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas bisnis telekomunikasi di Indonesia. Saat ini, Indonesia telah menerima kedatangan dua operator LEO, yakni Starlink milik SpaceX yang bermitra dengan PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), dan OneWeb yang bekerja sama dengan PT Dwi Tunggal Putra (DTP) melalui peluncuran BuanterOne. Kolaborasi antara perusahaan LEO dan operator lokal menjadi sebuah langkah strategis dalam memajukan industri telekomunikasi Indonesia.

Perlunya Keterbukaan dan Kolaborasi

Dalam menghadapi tantangan penggunaan satelit LEO, kolaborasi antara pihak terkait menjadi kunci. Regulasi yang jelas dan keterbukaan data dari perusahaan LEO dapat membantu mengatasi kekhawatiran akan keamanan dan interkoneksi antar satelit. Sementara itu, operator telekomunikasi lokal perlu terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan persaingan baru di pasar.

Regulasi yang tepat juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan kepentingan bisnis lokal. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan potensi satelit LEO secara optimal untuk meningkatkan konektivitas dan memperluas akses internet bagi seluruh masyarakat.

Pemanfaatan Starlink oleh Telkom untuk melayani pelanggan Telkomsel menandai langkah maju dalam meningkatkan konektivitas internet di Indonesia. Namun, tantangan terkait keamanan data, regulasi, dan keterbukaan informasi perlu diatasi dengan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan telekomunikasi, dan perusahaan LEO internasional.

Dengan memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan transparansi dalam penggunaan teknologi satelit LEO, Indonesia dapat memanfaatkan potensi tersebut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.


Bagikan artikel ini