Telkom University dan UOW Gunakan AI untuk Atasi Banjir Rob


Ilustrasi Banjir

Ilustrasi Banjir

Telkom University bekerja sama dengan University of Wollongong Australia telah mengembangkan sistem inovatif untuk memantau dan mengatasi banjir rob di tiga kota di Jawa Tengah. Sistem tersebut, yang dinamakan Tide Eye, menggunakan kecerdasan buatan (AI) serta teknologi drone dan internet of things (IoT) untuk melakukan pemantauan ketinggian air laut dan aktivitas banjir rob secara digital.

Ketua tim peneliti Telkom University, Miftadi Sudjai, mengatakan “Tide-Eye dapat mentransformasikan pemantauan ketinggian air laut dan aktivitas banjir rob secara digital”. Penerapannya direncanakan di kota-kota pesisir dataran rendah seperti Pekalongan, Semarang, dan Demak yang rentan terhadap kenaikan permukaan air laut.

Banjir rob di daerah tersebut menjadi ancaman serius bagi penduduk, infrastruktur, dan lingkungan. Miftadi menjelaskan bahwa banjir rob pada Mei 2022 mencapai ketinggian 1,1-2 meter, merendam sebagian besar wilayah Pekalongan dan Semarang, serta mencapai wilayah daratan di Sayung, Demak. Dampaknya melibatkan bahaya bagi keselamatan penduduk, kerusakan harta benda, pengungsian, hingga korban jiwa.

Sebagai upaya mitigasi, pemerintah sebelumnya telah membangun tembok laut, waduk, dan stasiun pompa besar. Namun, kurangnya pemantauan permukaan laut secara terus-menerus dan otomatisasi dalam pengendalian pompa air mengakibatkan rendahnya efisiensi dan akurasi dalam menghadapi banjir rob.

Tide Eye dapat digunakan pekerja infrastruktur air dan penduduk untuk memantau ketinggian air laut dan risiko banjir rob secara langsung atau real-time. Informasinya dapat dipakai untuk mengambil keputusan tepat waktu untuk mencegah banjir. Proyek itu rencananya juga akan membuat database besar yang dapat dibagikan untuk memantau air laut dan banjir rob.

Proyek Tide Eye diharapkan dapat menjadi solusi terdepan dengan memberikan pemantauan permukaan laut secara terus-menerus dan otomatisasi dalam pengendalian pompa air. Dengan demikian, diharapkan akurasi dan efisiensi dalam menghadapi banjir rob dapat meningkat.

Miftadi menambahkan bahwa proyek ini juga mencakup pelatihan bagi staf Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, sebagai langkah untuk memastikan operasional, pemeliharaan, dan replikasi sistem di lokasi lain dalam jangka panjang.

Inovasi ini didukung oleh hibah riset internasional senilai 350 ribu Dollar Australia atau sekitar Rp 3,5 miliar, sebagai bagian dari kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Department of Foreign Affairs and Trade Australia. Program tersebut menghadirkan para ahli terkemuka dalam kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), Machine Learning, dan Teknik Lingkungan dari kedua negara.

Melalui kolaborasi ini, diharapkan Tide Eye tidak hanya menjadi solusi lokal untuk Jawa Tengah tetapi juga dapat diadopsi secara lebih luas untuk melawan ancaman banjir rob di wilayah pesisir di seluruh dunia.


Bagikan artikel ini