Terminologi AI Semakin Mengemuka di Era Revolusi Industri 4.0


Ilustrasi Industri 4.0

Ilustrasi Industri 4.0

Prof. Dr. Taufik Abidin, Ketua LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh pada sesi Professor Talk yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) menyampaikan bahwa terminologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan semakin mengemuka di era revolusi industri 4.0.

“Seperti yang dirasakan kini, yakni computing power yang luar biasa. Dahulu mungkin [masyarakat] mengenal AI hanya implementasinya pada robotic, tetapi sekarang sudah banyak penerapannya, bahkan hampir di semua lini kehidupan,” kata Taufik dalam Rakornas Aptikom yang digelar secara daring, Kamis (4/11/2021).

Taufik menambahkan, implementasi AI kemudian tidak hanya berlaku pada robotic, tetapi juga merambah ke ranah pengambilan keputusan, capturing object, dan lain sebagainya. Ia pun menyampaikan, bahwa AI merupakan sebuah pendekatan agar komputer dapat mengimitasi kecerdasan manusia.

Selain itu, seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan machine learning (ML) yang merupakan bagian dari AI sendiri, semakin menunjukkan hasil nyata dalam pekerjaan seperti mencari pola data, pola dari gambar, dan masih banyak lagi.

"Maka kemudian dapat dikembangkan sebuah model yang secara otomatis bisa belajar dari data yang diberikan. Terakhir, yang juga booming sekali beberapa tahun terakhir yaitu teknologi deep learning (DL)," tutur Taufik.

Taufik pun menjelaskan bahwa bahwa AI yang termasuk sebagai teknologi neural network (jaringan saraf) tiruan ini, sudah sejak lama ada dalam penelitian. Namun dalam prosesnya, hasil yang diharapkan belum begitu terlihat karena kekuatan komputer masa itu belum mampu melakukan proses komputasi yang besar seperti sekarang ini.

Mengutip dari Tom Mitchell, Taufik menyampaikan bahwa machine learning adalah bagaimana cara algoritma komputer bisa melakukan improvisasi berdasarkan pengalaman yang ditemui atau dipelajari. Ia pun menyampaikan, bahwa memang saat ini banyak orang terutama mahasiswa yang menanyakan perbedaan antara machine learning dengan deep learning.

Berdasarkan pertanyaan tersebut, Taufik menjawab bahwa jika menggunakan pendekatan machine learning, terdapat satu tahapan penting, yaitu feature extraction yang pengembang model harus bisa menentukan sendiri. Tahapan tersebut menjadi yang paling sulit dalam pendekatan machine learning. Taufik kemudian melanjutkan bahwa kehadiran deep learning dapat membungkus  feature extraction menjadi satu kesatuan.

"Sekarang, pemanfaatan deep learning di computer vision menjadi sangat powerful. Hal ini karena proses feature extraction itu bisa didapatkan dari pixel-pixel dan image-image yang diamati," pungkas Taufik.


Bagikan artikel ini