Trellix Paparkan Manfaat dari XDR dalam Memerangi Ancaman Siber


Cyber Security

Ilustrasi Cyber Security

Perusahaan keamanan siber, Trellix memberikan pemahaman mengenai respons yang diperluas atau extended detection response (XDR) serta pemanfaatannya dalam memerangi ancaman-ancaman siber yang kian berkembang dan masif, juga mengancam berbagai macam skala perusahaan di lingkup industri.

Dalam kegiatan webinar bertajuk Cyber Crime Emergency: Developing IT Solutions, Behavior, and Awareness In The Banking Ecosystem yang baru-baru ini diselenggarakan, Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata BSSN Edit Prima mengungkapkan bahwa potensi kerugian ekonomi Indonesia dari dampak serangan siber mencapai Rp 14,2 triliun dan 22% perusahaan pernah mengalami insiden serangan siber.

Sementara menurut studi industri, di Singapura saja terdapat satu dari tiga organisasi yang kehilangan hingga Sin$ 1,348 juta dari pelanggaran data dalam periode 12 bulan. Selain itu, laporan juga menemukan bahwa phishing email adalah salah satu metode paling umum dan mudah yang digunakan oleh pelaku jahat untuk menargetkan perusahaan di Singapura. Penipuan semacam ini diklaim mencakup 68% pelanggaran keamanan di negara tersebut.

Melansir dari Beritasatu.com, industri keamanan siber Asia Tenggara masih berkembang, dan sebagian besar organisasi masih mengandalkan sistem keamanan statis dan tertutup. Ada peluang besar bagi kawasan ini untuk mengembangkan pendekatan keamanan siber yang sudah lampau dan bergerak menuju platform XDR yang komprehensif dan terintegrasi.

Dari taktik phishing yang semakin canggih hingga pengembangan AI ofensif, ancaman digital menyoroti celah dalam infrastruktur TI dan sistem data.

Meskipun banyak orang telah mendengar tentang dampak kehancuran yang dapat disebabkan oleh serangan siber dan pelanggaran data, banyak organisasi yang kerap mengabaikan dengan keyakinan bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi pada mereka atau dalam skenario terburuk, mereka selalu dapat menanganinya saat ancaman tersebut datang.

Tetapi, kenyataannya serangan siber yang berkepanjangan dan bertarget, umumnya dikenal sebagai Advanced Persistent Threats (APT) – telah meningkat. Faktanya, begitu peretas jahat menyusup ke jaringan organisasi, mereka dapat menunggu dalam jangka waktu yang lama untuk mengambil data sensitif dan mendapatkan akses ke bagian sistem yang aman lainnya.

Trellix Threat Labs baru-baru ini mengidentifikasi dua operasi APT yang menargetkan hotel-hotel mewah di Makau, Tiongkok; dan satu lagi ditujukan pada pejabat tinggi pemerintah di Asia Barat. Menanggapi ancaman kompleks seperti itu, bereaksi saja tidak cukup, melainkan harus proaktif adalah kuncinya. 

Seiring dengan meningkatnya kecanggihan dan kuantitas ancaman siber, XDR menggabungkan pembelajaran manusia dan mesin untuk menghentikan ancaman aktif dengan panduan secara tepat dengan mempercepat perubahan dari pendekatan keamanan siber reaktif ke proaktif.

Melalui kemampuan deteksi, respons dan perbaikan yang ditingkatkan, solusi keamanan kini dapat terus berkembang dan beradaptasi, memungkinkan perusahaan untuk tetap tangguh menghadapi ancaman siber.

Dibangun di atas endpoint detection and response (EDR), XDR menawarkan paradigma keamanan baru dalam berbagai titik akhir, jaringan, dan konteks beban kerja perusahaan. Secara efektif, XDR membantu organisasi untuk melampaui kontrol detektif tradisional dengan memberikan pandangan ancaman yang komprehensif namun disederhanakan di seluruh lingkup teknologi.

Dengan memberikan informasi ancaman yang dapat ditindaklanjuti secara real-time, XDR membawa hasil yang lebih baik dan cepat kepada perusahaan.

Melansir dari Antaranews.com, XDR memegang kunci untuk mengubah keamanan siber seperti yang telah diketahui. Namun, laporan Kesiapan Siber terbaru menemukan bahwa 75% responden Asia Pasifik mengidentifikasi EDR-XDR sangat sulit untuk diterapkan, sementara 47% menyebutkan kurangnya keahlian untuk informasi sebagai hambatan terbesar untuk mengadopsi teknologi keamanan siber baru.

Lebih dari dua tahun dalam pandemi Covid-19, keamanan siber telah berevolusi dari urusan bisnis menjadi kebutuhan eksistensial, dan itu tidak boleh dianggap remeh. Organisasi membutuhkan struktur yang kuat dan gesit untuk memerangi serangan terus-menerus dari serangan dunia maya – sistem keamanan hidup yang terus-menerus berkembang dan beradaptasi. Di sini-lah pemanfaatan XDR dapat dilakukan.

“Oleh karena itu, upaya bersama untuk mendemokratisasikan akses ke XDR di seluruh Asia sangat penting, dan solusi keamanan siber canggih tidak dapat eksklusif hanya untuk perusahaan besar. Untuk memajukan ekonomi digital Asia Tenggara, kemampuan tersebut harus dapat dijangkau oleh usaha kecil dan menengah – sumber kehidupan banyak ekonomi di kawasan ini,” kata Jonathan.


Bagikan artikel ini