Trellix: Transformasi Digital Diikuti Ketahanan Siber yang Tinggi


Ilustrasi Cyber Security

Ilustrasi Cyber Security

Trellix sebagai penyedia solusi keamanan siber melalui deteksi dan respons yang diperluas (Extended Detection and Response/XDR) untuk berbagai organisasi, yang berfokus pada percepatan inovasi teknologi melalui pembelajaran mesin dan otomatisasi, mengungkap transformasi digital di Indonesia harus diikuti oleh peningkatan ketahanan siber nasional yang tinggi. Ini mengingat pemerintahan menjadi salah satu target utama serangan siber.

Badan Siber  dan Sandi Negara (BSSN) mencatatkan setidaknya terdapat lebih dari 1,6 miliar anomali trafik keamanan siber sepanjang 2021. Angka ini meningkat hampir 4 kali lipat dari jumlah serangan siber yang terjadi sepanjang 2020, yakni 495 juta.

Ada pun jenis serangan siber yang paling marak terjadi berupa infeksi  malware sebesar 62%, aktivitas trojan sebesar 10%, dan pencurian informasi sebesar 9%. Sementara itu, ancaman serangan siber lainnya seperti web defacements, data breach, human operated ransomware, advance persistent threat juga semakin meningkat.

Berdasarkan Advanced Threat Report, yakni sebuah riset serangan siber yang dilakukan oleh Trellix di awal tahun, sektor pemerintahan menjadi target ke-4 teratas untuk serangan ransomware. Kondisi pandemi yang terjadi dalam 2 tahun belakangan ini membuat banyak aspek kehidupan masyarakat seperti kesehatan, pendidikan, transaksi, termasuk operasional pemerintahan menjadi serba digital. Hal ini juga yang memicu peningkatan serangan siber semakin marak, terlihat dari peningkatan kasus kebocoran data yang terjadi di Indonesia pada 2021 hingga awal 2022.

Menurut Managing Director Asia di Trellix Jonathan Tan, penguatan ketahanan siber nasional saat ini perlu menjadi prioritas utama bagi pemerintah dalam mendorong percepatan transformasi digital. Kekuatan armada sebuah negara biasanya dinilai dari sisi artileri, tapi berkaca pada hal yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, pertahanan siber negara dari ancaman digital pun menjadi faktor penting yang menunjukkan kekuatan pertahanan sebuah negara.

Jonathan menambahkan bahwa di masa kini serangan pada skala nasional juga dapat diartikan kepada serangan terhadap infrastruktur penting negara. Yang mana hal tersebut dapat melemahkan sektor pemerintahan, militer, dan bisnis.

Institusi pemerintahan di seluruh dunia saat ini memiliki peran utama dalam mengakselerasi transformasi digital negara melalui peningkatan pertahanan siber yang tangguh,” katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (29/5).

Dalam menyongsong Industri 4.0, pemerintah telah menginisiasikan Peta Jalan Digital Indonesia 2021-2024 yang berfokus pada sektor-sektor strategis seperti pemerintahan, perdagangan, jasa keuangan, perindustrian, media dan hiburan, real estat dan perkotaan, pertanian dan perikanan, transportasi, pendidikan, serta kesehatan digital.

“Semakin banyak teknologi yang diadopsi oleh pemerintah maka area yang berpotensi terkena serangan siber akan semakin banyak pula. Wilayah yang perlu dilindungi saat ini tidak lagi hanya terbatas oleh daratan, perairan, dan udara. Teritori digital mungkin tidak terlihat secara kasat mata, namun akibat yang dapat ditimbulkan jika menghiraukan hal tersebut akan sangat buruk,” ujar Jonathan.

Meningkatnya ancaman serangan siber skala nasional secara masif menuntut pemerintah untuk menemukan solusi yang tepat dalam menangkal ancaman tersebut secara efektif. Negara-negara di dunia saat ini perlu memonitor dan melindungi diri dari serangan siber melalui akselerasi terhadap platform XDR yang terintegrasi.

“XDR merupakan platform yang mengintegrasikan produk-produk keamanan baik secara native maupun melalui arsitektur terbuka dengan sistem bawaan kecerdasan ancaman pada pusatnya. XDR mampu mengombinasikan manusia dengan pembelajaran mesin untuk menghentikan ancaman-ancaman siber yang aktif dan besar secara tepat sasaran,” demikian penjelasan Jonathan.

Dengan kata lain, XDR dapat bekerjasama dengan pihak keamanan siber sehingga memungkinkan mereka yang bertugas untuk bekerja secara proaktif dan lebih cepat dalam mencegah terjadinya serangan siber secara efektif.

“Mengadopsi sistem keamanan siber yang dapat bergerak secepat ancaman siber yang datang akan membuat suatu negara mampu mempertahankan diri dari serangan siber yang semakin meningkat. Hal tersebut nantinya akan memberikan peluang bagi pemerintah untuk menavigasi aspek-aspek digital dan membangun lingkungan digital yang lebih aman dan tangguh sehingga masyarakat dapat terlindungi selama periode transformasi digital,” tutur Jonathan.


Bagikan artikel ini