BPPT Luncurkan CSIRT dan Teknologi Canggih Hadapi Ancaman Siber


Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Dr. Hammam Riza, M.Sc.

Keamanan informasi menjadi hal yang sangat penting pada era revolusi industri 4.0 saat ini, di mana sedikitnya ada lima teknologi terkini yang sering terkait dan keseluruhannya harus didukung oleh keamanan informasi yang kuat.

Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Hammam Riza dalam peluncuran BPPT Computer Security Incident Response Team (CSIRT) di Jakarta, 3 Juni 2021 lalu.

Hammam kemudian menyebut, lima teknologi terkait industri 4.0 antara lain adalah artificial intelligence (AI), internet of things (IoT), big data, cloud computing, dan additive manufacturing. Maka sebagai dampak dari perubahan yang dibawa teknologi tersebut, keamanan siber dan informasi atau cybersecurity menjadi unsur utama untuk menjaga keamanan koneksi digital.

Oleh karena itu, kehadiran CSIRT menurut Hammam akan menjadi kekuatan utama dalam pengawalan sistem keamanan informasi di suatu organisasi. Kehadiran BPPT CSIRT pun diharapkan mampu untuk menwujudkan ketangguhan keamanan informasi pada Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) BPPT.

Namun tentunya, penjagaan sistem keamanan tidak dapat berdiri sendiri sehingga dibutuhkan pula partisipasi aktif semua pihak untuk penyelesaian insiden yang cepat dan efektif. Semakin banyak CSIRT yang terbentuk dalam sistem pemerintah, maka diharapkan akan membangun kemandirian dan kesiapan menghadapi ancaman keamanan siber.

Sementara itu, Deputi Bidang Penanggulangan dan Pemulihan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Yoseph Puguh Eko Setiawan menuturkan dirinya sangat mendukung dan mengapresiasi adanyas CSIRT sebagai tim tanggap insiden siber. Hal ini terutama dengan keamanan siber yang kini menjadi isu strategis di berbagai negara, khususnya Indonesia seiring perkembangan IT.

Saat ini, BSSN sendiri tengah membentuk CSIRT pula sebagai bagian dari pelaksanaan keamanan siber guna membangun kekuatan siber di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 mengenai RPJMN 2020-2024 yang mengamanatkan pembentukan 121 CSIRT sebagai proyek prioritas strategis.

Yoseph menyebut bahwa tim CSIRT dari BPPT termasuk dalam salah satu CSIRT yang akan bertugas untuk memninimalkan serta mengendalikan kerusakan akibat insiden siber dengan memberikan respon penanggulangan dan pemulihan bersifat efektif. Selain itu, juga mencegah terjadinya insiden siber di masa yang akan datang.

Sumber daya manusia (SDM) yang bertugas dalam tim CSIRT BPPT juga diharapkan memiliki kompetensi mumpuni dari sisi personal dan teknis. Maka ke depannya pun untuk meningkatkan kompetensi, SDM CSIRT akan diikutkan pada program Cyber Security Drill Test, pelatihan. Hingga workshop mengenai keamanan siber oleh BSSN.

BPPT CSIRT juga diharapkan dapat terus melakukan kolaborasi, sinergi, serta berbagi informasi mengenai stakeholder keamanan siber. Hal tersebut terutama terkait dengan penanggulangan serta pemulihan insiden keamanan siber, sehingga Indonesia dapat memiliki visibilitas menyeluruh terhadap aset siber yang dimiliki.


Bagikan artikel ini