BPS: Penting Tata Kelola Berbasis Big Data di Sektor Pariwisata


Transformasi Digital

Ilustrasi Transformasi Digital

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap pentingnya pemahaman tata kelola teknologi berbasis Big Data untuk kemajuan sektor pariwisata di era ini.

"Kami saat ini telah berhasil menggunakan big data ini untuk menghasilkan statistik pariwisata melalui aplikasi Mobile Positioning Data (MPD)," kata Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi saat menghadiri forum 7th International Conference on Big Data and Data Science for Official yang digelar organisasi PBB dan BPS RI di Yogyakarta, Senin, 7 November 2022.

Menurut Imam, dari pemanfaatan teknologi big data di sektor pariwisata itu, berbagai data soal kepariwisataan Indonesia bisa tersaji lengkap, cepat dan lebih akurat. Karena tak hanya menghimpun dari instansi pemerintah, melainkan juga data data dari swasta sampai komunitas.

Imam mencontohkan penggunaan big data di bidang pariwisata yang diaplikasikan bisa digunakan untuk mengetahui mobilitas wisatawan yang terjadi dalam satu kurun waktu ke destinasi tanpa perlu proses lama seperti dulu. "Sebelumnya,untuk mengetahui frekuensi kunjungan ke suatu destinasi, pencatatannya harus ke lapangan, door to door," kata dia. "Tapi sekarang, ketika memakai teknologi big data ini, kunjungan wisata itu bisa dipantau dari pergerakan mobil phone pengguna".

Melansir dari msn.com, penggunaan teknologi ini pun relatif lebih cepat untuk pengumpulan data. Jika dengan cara konvensional pengumpulan data kunjungan wisata itu bisa makan waktu sampai enam bulan, tapi sekarang maksimal dua bulan saja.

"Kecepatan dan keakuratan pemrosesan pendataan seperti ini tentu membawa manfaat bagi pemerintah dalam mengambil keputusan," kata Imam.

Dalam forum yang diikuti oleh 98 delegasi luar negeri dari 40 negara dunia itu, Imam mengatakan sumber daya manusia di daerah juga perlu segera menguasai dan menerapkan pemanfaatan teknologi big data ini, terutama di lingkup pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan.

"Seperti halnya Yogyakarta, yang potensi besarnya pada bidang pariwisata, pemanfaatan big data ini akan sangat membantu memberi informasi memadai kondisi sektor wisatanya terkini," kata Imam.

Ashwell Jenneker, selaku Wakil Ahli Statistik Afrika Selatan yang juga Ketua Pelaksana Komite Pakar PBB tentang Big Data dan Ilmu Data untuk Statistik Resmi (UNCEBD) mengatakan pemanfaatan big data sangat dirasakan negaranya. "Big data yang kami terapkan bisa untuk mengidentifikasi kejernihan air sungai, dan sensor pergerakan kapal sebagai identifikasi aktivitas ekonomi," kata Jenneker.

Jenneker mengatakan saat wabah Covid-19 melanda negaranya, teknologi big data itu juga terbukti sangat membantu untuk mendeteksi wilayah-wilayah mana yang menjadi zona merah penularan terbesar. Pemerintah setempat pun bisa segera dilakukan pembatasan mobilitas serta peringatan kepada penduduk.


Bagikan artikel ini