Dirjen Diktiristek: Microcredential Bisa Lahirkan 30 Ribu Ahli AI


Artificial Intelligence New

Artificial Intelligence

Seiring berjalannya waktu, tantangan di dunia kerja semakin meningkat. Peningkatan tantangan di dalam dunia kerja tersebut keudian menuntut mahasiswa untuk bisa berinovasi, terutama di dalam bidang teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Ristek, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) mengatakan bahwa apabila pengembangan sumber daya manusia (SDM) tentang teknologi sudah dilakukan sejak pertengahan 2010, khusunya teknologi, Indonesia akan lebih siap dalam menciptakan generasi yang memiliki skill kerja.

Terlebih dengan jumlah lulusan bidang AI di dalam negeri tergolong masih sangat minim. Padahal bidang tersebut sedang berkembang pesat daripada bidang lainnya untuk saat ini, didorong dengan revolusi industri 4.0 yang semakin marak dilakukan.

“Kita melihat tantangan di dunia kerja sangat-sangat pesat terjadi. Hal inilah yang mengharuskan kita untuk tidak melakukan doing business as usual [melakukan inovasi],” ucap Prof Nizam dalam webinar bertajuk 'Menciptakan Insan Indonesia Unggul', Rabu (10/11/2021).

Maka dari itu, Prof Nizam meyakini hadirnya kebijakan Kampus Merdeka, permasalahan SDM bisa diselesaikan. Pemerintah akan membajak dan mencari jalan pintas agar mahasiswa dari program studi apapun bisa belajar melalui microcredential selama satu semester penuh.

"Kami akan bajak, kita shortcut [jalan pintas], mahasiswa dari prodi manapun bisa belajar melalui microcredential, satu semester penuh mempelajari AI, machine learningprogramming, dan tidak sekadar pengetahuan, tapi juga kompetensinya," jelas Prof Nizam.

Langkah yang ditempuh oleh Dirjen Diktiristek tersebut diyakini dapat menghasilkan lebih dari 30 ribu tenaga ahli bidang teknologi di Indonesia dalam waktu satu tahun. Indonesia sendiri menghasilkan 1,7 juta sarjana setiap tahunnya.

"Jadi, linieritas [satu bidang] tidak lagi menjadi ruang pembatas karena sekarang kita buka itu secara luas [dengan hadirnya Kampus Merdeka]," pungkas Prof Nizam.


Bagikan artikel ini