Dosen UMM Manfaatkan AI untuk Dukung Pengembangan Motif Batik


Artificial Intelligence

Ilustrasi Artificial Intelligence

Dosen Program Studi Informatika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Agus Eko Minarno manfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk mengembangkan motif batik.

Inovasi AI untuk pengembangan motif batik ini dimulai sejak tahun 2012, di mana Agus mempelajari berbagai motif batik kemudian mulai tertarik dengan kecanggihan teknologi AI untuk kemudian dimanfaatkan dalam pengembangan motif batik.

AI yang tengah dikembangkan diharapkan Agus dapat memberikan motif baru bagi batik, apalagi terdapat stagnasi dalam dunia batik di mana motif yang digunakan jarang berganti dan masih sama.

“Adapun teknologi generative adversarial networks (GANs) yang digunakan bisa mengembangkan, dan bahkan mengkombinasikan motif-motif yang ada menjadi motif yang baru,” tutur Agus dalam keterangan resminya, melansir dari Kompas.com, Kamis (12/1/2023).

Lebih lanjut, Agus menyampaikan bahwa program yang ada nantinya akan diberi input agar bisa membuat motif yang diinginkan. Misalnya ada motif A dan B, akan digabungkan oleh AI untuk menghasilkan motif baru yang menarik.

“Memanfaatkan GANs, komputer akan belajar mengidentifikasi motif-motif yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi motif baru. Ini juga bermanfaat sebagai simulator bagi desainer dalam menggabungkan dan mengkombinasikan motif. Teknologi ini kemudian dapat menciptakan sekitar 100 motif baru dalam satu detik,” jelas Agus.

Penelitian yang dilakukan Agus pun telah memasuki proses pengumpulan data set, yang nantinya akan dijadikan buku-buku terkait batik serta filosofinya. Selain itu, hingga saat ini terdapat lebih dari 202 kain batik yang sudah didigitalisasi. Penelitian ini didukung pula oleh 35 relawan dalam pelaksanaannya.

Agus juga menjalin kerja sama dengan Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad, pengrajin, dosen-dosen Prodi Informatika UMM, serta para kolektor batik untuk memperkaya data yang bisa mendukung AI.

Dosen UMM ini pun mengungkapkan bahwa tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan AI ini berkaitan dengan pengumpulan data set. Hal ini karena banyak batik klasik yang hanya dimiliki oleh sedikit kolektor, sehingga kerja sama dengan PPBI menjadi salah satu solusi untuk mendukung pengumpulan data.

“Semoga akan lebih banyak lagi motif batik yang dapat dikumpulkan sehingga batik bisa banyak dikenal dengan mudah, pun dengan pengembangan AI ini bisa membantu pengusaha dan desainer batik untuk membuat motif-motif baru hingga menaikkan penjualan,” pungkas Agus.


Bagikan artikel ini