Google Tutup Sementara Layanan Gemini Akibat Keluhan Pengguna


Logo Gemini

Logo Gemini

Google, raksasa teknologi dunia, menghadapi sorotan tajam setelah layanan platform kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang dikenal sebagai Gemini menimbulkan kontroversi. Layanan ini baru-baru ini dihentikan sementara setelah sejumlah pengguna melaporkan adanya ketidakakuratan dalam penggambaran tokoh sejarah.

Pada Kamis, 22 Februari, Google mengumumkan bahwa mereka menghentikan sementara fitur pembuatan gambar AI Gemini setelah mendapat keluhan mengenai ketidakakuratan dalam menggambarkan tokoh-tokoh sejarah. Sejumlah pengguna media sosial menyoroti bahwa platform AI ini menghasilkan gambar tokoh-tokoh sejarah, termasuk para Founding Fathers Amerika Serikat, sebagai orang kulit hitam. Hal ini tentu saja menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pengguna yang merasa informasi yang disajikan tidak akurat.

dikutip dari laporan CNBC Internasional, Google menyatakan dalam sebuah posting di platform X bahwa fitur AI Gemini sebenarnya telah menghasilkan banyak hasil yang dianggap sebagai pertanda baik karena banyak orang di seluruh dunia telah menggunakannya. Namun, masalah muncul ketika Gemini gagal memberikan representasi yang akurat terhadap tokoh-tokoh sejarah, yang kemudian mengundang kritik dari pengguna.

"Kami telah berupaya untuk mengatasi masalah terbaru dengan fitur pembuatan gambar Gemini," kata Google dalam pernyataan yang diunggah di Twitter/X, seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (23/2/2024).

"Sementara kami melakukan perbaikan, kami akan menghentikan sementara pembuatan gambar manusia dan akan segera merilis kembali versi yang lebih baik," sambungnya.

Dalam pernyataan terbarunya, Google menegaskan bahwa mereka akan menghentikan fitur Gemini untuk menghasilkan gambar orang sementara waktu dan berjanji untuk merilis versi yang telah ditingkatkan dalam waktu dekat. Alat pembuat gambar ini awalnya diluncurkan pada awal Februari melalui platform Gemini, sebelumnya dikenal dengan nama Bard. Namun, ketika diuji pada Kamis pagi, Gemini menolak untuk menghasilkan gambar apa pun.

Sementara Google berjuang dengan masalah pembuatan gambar Gemini, pesaingnya, Open AI, baru-baru ini meluncurkan Sora, sebuah model AI generatif baru yang mampu menghasilkan video dari perintah teks pengguna. Jack Krawczyk, direktur senior produk Gemini di Google, menyatakan bahwa kemampuan menghasilkan gambar perusahaan mencerminkan basis pengguna global yang besar, dan mereka menganggap serius soal representasi dan bias.

"Konteks sejarah memiliki lebih banyak nuansa, dan kami akan menyesuaikannya lebih lanjut untuk mengakomodasi hal tersebut," kata Krawczyk dalam postingannya di platform X.

Google sendiri meluncurkan Gemini, model AI tercanggih mereka, pada akhir tahun 2023. Pada bulan ini, Google juga mengubah nama Bard, pesaing ChatGPT-nya, menjadi Gemini. Langkah ini sejalan dengan upaya Google untuk terus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan mereka guna meningkatkan pengalaman pengguna dan menghadapi persaingan di pasar yang semakin kompetitif.

Implikasi dan Tanggapan Masyarakat

Kontroversi seputar pembuatan gambar AI Gemini menyoroti kompleksitas dan tantangan dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan. Meskipun teknologi ini menawarkan potensi besar dalam berbagai bidang, termasuk pengenalan gambar dan representasi visual, namun kejadian ini menunjukkan bahwa ada risiko dan tantangan yang perlu diatasi.

Tanggapan masyarakat terhadap masalah ini bervariasi. Ada yang mengecam Google atas kegagalan dalam memberikan representasi yang akurat dan sensitif terhadap konteks sejarah. Namun, ada juga yang memberikan apresiasi atas langkah Google untuk segera menanggapi keluhan pengguna dan berkomitmen untuk meningkatkan fitur Gemini.

Di sisi lain, kehadiran pesaing seperti Open AI yang terus mengembangkan teknologi AI generatif juga menambah dinamika persaingan di pasar. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi kecerdasan buatan masih dalam tahap yang sangat dinamis dan terus berubah. 

Kontroversi seputar pembuatan gambar AI Gemini menjadi sorotan dalam dunia teknologi dan masyarakat. Google, sebagai perusahaan teknologi terkemuka, dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan representasi dan keakuratan dalam penggunaan teknologi kecerdasan buatan.

Kritik Elon Musk terhadap Gemini

Meski Google telah memberikan tanggapan dan mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan, Elon Musk, tokoh ternama di dunia teknologi, tidak terlihat puas. Melalui serangkaian cuitannya di platform X, Musk menyindir Google Gemini sebagai produk yang rasis dan seksis.

"Saya senang Google terlalu berlebihan dalam menghasilkan gambar AI, karena hal itu membuat program mereka yang rasis dan anti-peradaban menjadi jelas untuk semua orang," ujar Musk dalam salah satu cuitannya.

Musk tidak hanya menyerang Gemini, melainkan juga menargetkan Jack Krawczyk, Product Lead Google Gemini. Dalam tanggapannya, Musk menyalahkan Krawczyk sebagai alasan utama AI Google dianggap rasis dan seksis.

"Saya tidak menyindir orang sembarangan. Orang gila ini adalah alasan utama mengapa AI Google sangat rasis dan seksis," tegas Musk.

Tindakan Musk menyerang Google ini bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya, ia juga mengkritik OpenAI karena dianggap terlalu fokus pada keberagaman dan inklusivitas, menyebutnya sebagai terlalu 'woke'.

Langkah Google untuk menghentikan sementara layanan Gemini dan berkomitmen untuk meningkatkan fitur tersebut menunjukkan respons yang cepat terhadap keluhan pengguna. Namun, tantangan dalam mengembangkan teknologi AI yang sensitif dan akurat masih menjadi perhatian utama.

Dengan demikian, kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi industri teknologi dalam mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang lebih bertanggung jawab, sensitif, dan akurat dalam menggambarkan dunia nyata.


Bagikan artikel ini