IMERI FKUI Hadirkan Aplikasi StethoSoul Bagi Pengidap Skizofernia


Khamelia Malik memaparkan alat bantu kesehatan aplikasi StethoSoul

Khamelia Malik memaparkan alat bantu kesehatan aplikasi StethoSoul

IMERI FKUI (Indonesian Medical Education and Research Institute, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) merupakan lembaga pendidikan dan penelitian kedokteran pertama di Indonesia dengan berbagai inovasi produk AI unggulannya.

"Hari ini, kami hadir untuk berbagi tentang StethoSoul sebagai upaya yang kami lakukan sebagai upaya dalam mebangun Sistem Deteksi Dini Psikosis dengan Pengenal Wicara Otomatis dan Analisis Sintaksis-Semantik Bahasa," ujar Principal Investigator StethoSoul Dr. dr. Khamelia Malik SpKJ dalam Webinar AI Product Showcase Health Technology: IMERI FKUI, Rabu (27/7).

Khamelia menambahkan, kehadiran Stethosoul ini untuk menjawab problem yang kami hadapi sebagai seorang psikiater dalam menangani kasus-kasus Skizofrenia.

Gangguan skizofernia adalah gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya kronis atau lama. Pengidap gangguan skizofernia di dunia terdapat 23 juta orang dan di Indonesia terdapat 6,7 per 1000 rumah tangga. Hanya 31,3% pengidap gangguan skizofernia yang mendapat layanan medis serta waktu antara gejala pertama sapai dengan layanan medis adalah 21 bulan. Penderita skizofrenia dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.

Dalam membantu pengidap gangguan skizofernia mendapatkan pelayanan medis maka IMERI FKUI beserta tim penelitian dan pengembangan sedang melakukan inisiasi pada aplikasi terbarunya yang masih belum tersebar luas dan masih dalam kalangan terbatas yang diberi nama StethoSoul.

Pada aplikasi StethoSoul terhadap beberapa tahapan yang mirip dengan ketika dokter sedang memeriksa pasien. Dalam tahapan tersebut diberi anamnesis, kuesioner, pertanyaan dan jawaban dari pasien yang dikumpulkan dalam bentuk verbatim atau transkripnya yang nantinya akan dimasukkan ke dalam mesin untuk diproses dan melakukan pemodelan yang sudah dirancang untuk melihat seberapa baik akurasinya yang pada akhirnya mendapatkan informasi dan hasil untuk pemeriksaan lanjutan.

"Kami menyadari apa yang kami lakukan dapat memiliki potensi aplikasi sebagai alat bantu dan masih memproses beberapa tahapan seperti mengidentifikasi orang risiko tinggi psikosis, melacak dan memprediksi perkembangan gejala melalui aplikasi StethoSoul, dan membuat alternatif metode bicara dan skala asesmen penilaian yang cepat, murah, minimal bias, dan skala bias," kata Khamelia.


Bagikan artikel ini