Ini Penyebab Maraknya Insiden Kejahatan Siber di Indonesia


Ilustrasi Cyber Security

Ilustrasi Cyber Security

Pelaksana tugas (Plt) Direktorat Keamanan Siber Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Andi Yusuf mengungkapkan, bahwa maraknya insiden kejahatan siber di Indonesia disebabkan salah satunya oleh banyaknya stakeholders atau lembaga yang tidak menindaklanjuti temuan upaya serangan siber yang disampaikan BSSN.

BSSN sendiri selama periode Januari hingga Oktober 2022 telah mencatat lebih dari 800 juta anomali trafik atau upaya mencurigakan untuk penyerangan cyber security di Indonesia. BSSN kemudian menganalisis sifat serangan ini untuk kemudian disampaikan kepada stakeholders.

“Dari 893 juta anomali trafik, 1.370 notifikasi sudah BSSN berikan kepada stakeholders dan pemangku kepentingan. Namun sayangnya dari semua notifikasi tersebut, hanya 104 notifikasi yang ditindaklanjuti. Jadi kalau teman-teman tanya kenapa sering terjadi insiden siber, itu karena banyak notifikasi BSSN yang tidak ditindaklanjuti,” jelas Andi dalam seminar nasional ‘Today and Tomorrow’s Cybersecurity Talent : Issue and Challenges di Depok, Senin (24/10/2022).

Sementara berdasarkan laporan data breach pada periode Januari hingga Oktober 2022, cyber threat intelligence (CTI) Direktorat Operasi Keamanan Siber telah membuat 221 laporan data breach atau kebocoran data, dengan 17 laporan internal dan 204 laporan ke stakeholder yang ternotifikasi.

Andi menyebutkan bahwa terdapat 157 stakeholder yang terdampak kebocoran data, namun BSSN mengalami kesulitan ketika insiden sudah divalidasi, tetapi stakeholder terkait tidak mengakui adanya insiden kebocoran data.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Mira Tayyiba menyoroti kurangnya tenaga profesional cyber security di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa sembilan dari 10 lulusan teknologi lebih memilih untuk menjadi developer perangkat lunak, padahal ancaman insiden kejahatan siber di Indonesia semakin meningkat.

Saat ini, hanya ada 10 dari total 4.000 kampus di Indonesia yang memiliki jurusan keamanan siber. Kondisi ini pun membuat banyak perusahaan lebih memilih ahli keamanan siber dari luar negeri.

“Indonesia sangat perlu, sudah pada tahap darurat untuk memiliki tenaga profesional di bidang keamanan siber. Namun pada kenyataannya, kita masih kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk mengatasi tantangan keamanan serangan siber yang semakin intensif,” pungkas Mira.


Bagikan artikel ini