Kecerdasan Buatan Temukan 1,8 Miliar Pohon di Gurun Sahara


Artificial Intelligence NASA

Ilustrasi Artificial Intelligence NASA

Gurun Sahara merupakan gurun terbesar di dunia dan tampak di tutupi pasir dan bebatuan kering. Kebanyakan dari kita pasti mengira bahwa tidak banyak mahluk hidup yang dapat tumbuh disana. Namun, penelitian terbaru yang memanfaatkan kecerdasan buatan menemukan ratusan juta pohon yang hidup disana.

Penelitian yang dipimpin tim dari Universitas Kopenhagen dan NASA ini, berhasil menghitung jumlah pohon dalam kawasan 1,3 juta kmĀ² mencakup bagian paling barat Gurun Sahara, Sahel dan apa yang dikenal sebagai zona sub-lembab Afrika Barat.

"Kami sangat terkejut melihat cukup banyak pohon yang benar-benar tumbuh di Gurun Sahara, karena selama ini kebanyakan orang mengira hampir tidak ada. Di gurun saja, kami menemukan ratusan juta pohon," ujar Asisten Profesor Martin Brandt dari Departemen Geosains dan Manajemen Sumber Daya Alam Universitas Kopenhagen mengutip heritage daily, Rabu (21/10).

Secara lebih khusus, pohon yang tercatat berjumlah 1,8 miliar, data yang jauh lebih tinggi dari yang semula diduga.

"Perkiraannya (jumlah pohon) sekitar satu sampai tiga per hektare rata-raya di kawasan sangat tandus Sahara. Terdengar tak banyak, namun jumlah lebih banyak dari yang kami perkirakan," ungkap Brandt.

Menurutnya, penghitungan kekayaan itu, hanya bisa dilakukan oleh teknologi kecerdasan buatan. Berdasarkan informasi, hasil penelitian itu dilakukan dengan kombinasi citra satelit terperinci yang disediakan oleh NASA, dan pembelajaran metode kecerdasan buatan yang canggih.

Berdasarkan pengenalan bentuk pohon, model dapat secara otomatis diidentifikasi dan dipetakan bagaimana jenis pohon di area luas itu, meskipun membutuhkan waktu berjam-jam.

"Teknologi ini memiliki potensi yang sangat besar dalam hal mendokumentasikan perubahan dalam skala global dan pada akhirnya, dalam berkontribusi terhadap tujuan iklim global. Kami termotivasi untuk mengembangkan jenis kecerdasan buatan yang bermanfaat ini," kata profesor dan rekan penulis Christian Igel dari Departemen Ilmu Komputer.

Penelitian ini diklaim bisa berkontribusi untuk lebih memahami keanekaragaman hayati dan ekosistem bagi masyarakat di wilayah sekitar. Secara khusus, peningkatan pengetahuan tentang pohon juga penting untuk mengembangkan program yang mempromosikan agroforestri, yang memainkan peran lingkungan dan sosial ekonomi utama di daerah kering.

"Karena itu, kami juga tertarik menggunakan satelit untuk menentukan spesies pohon, karena jenis pohon sangat penting dalam kaitannya dengan nilainya bagi penduduk lokal yang menggunakan sumber daya kayu sebagai bagian dari mata pencaharian mereka," jelas Profesor Rasmus Fensholt dari Departemen Geosains dan Sumber Daya Alam Pengelolaan.


Bagikan artikel ini