KORIKA Dukung Teknologi AI dalam Pemrosesan Bahasa Indonesia


KORIKA dukung teknologi AI dalam Pemrosesan Bahasa Indonesia dan Daerah

KORIKA dukung teknologi AI dalam Pemrosesan Bahasa Indonesia dan Daerah

Kolaborasi Riset dan inovasi Industri Kecerdasan Artifisial atau Korika menggelar Focus Group Action: AI Ecosystem and Use Cases dalam rangka memperingati HUT Korika, pada Sabtu (27/8), di Kota Bandung, Jawa Barat, salah satu agendanya tentang pemanfaatan kecerdasan buatan untuk Pemrosesan Bahasa Indonesia dan Daerah.

Pada bidang Pemrosesan Bahasa Indonesia dan Daerah, Presiden KORIKA Hammam Riza bersama GDP Labs CEO & CTO and GDP Venture CTO, On Lee memperkenalkan project BINA (Bahasa Indonesia NLP Alliances) yang merupakan projek kolaborasi yang diinisiasi KORIKA.

KORIKA bersama dengan GDP Labs melakukan kolaborasi yang menghasilkan Project BINA (Bahasa Indonesia NLP Alliances) yang berfungsi untuk memajukan Bahas Indonesia melalui kolaborasi, data, dan teknologi. 

Dalam Project BINA ini, Hammam dan On Lee ingin melakukan anotasi peraturan pemerintah Indonesia, menganotasi Bahasa Indonesia pada Meta dan Twitter, membangun NLP model, Data as a Service (DaaS), dan dapat diakses via API. 

Oleh karena itu, KORIKA bersama GDP Labs ingin memajukan Bahasa Indonesia menggunakan teknologi NLP. Dengan penerapan kolaborasi Quad Helix maka pelanggan dari Project BINA adalah pemerintah, industri, akademisi dan end users. 

"Keuntungan bagi pelanggan yang menggunakan Project BINA ini adalah BINA dapat membantu merealisasikan Visi Indonesia 2045 yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada 9 Mei 2019, selaras dengan STRANAS AI, dapat berkolaborasi dengan pemerintah, akademisi, industri, komunitas, meningkatkan lebih dari 700 bahasa dan dialek di Indonesia dengan menggunakan AI, mentransformasi peraturan pemerintah, dan data mentah dari Meta & Twitter dapat diubah menjadi data cerdas," ungkap On Lee.

Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN Dr. Anto Satriyo Nugroho memberikan pemaparan mengenai pengenalan pola dan pemrosesan bahasa alami dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI).

Anto memiliki beberapa kelompok riset, yang salah satunya adalah AI-Natural Language Processing. Dalam kelompok risetini, tim melakukan pengembangan Sistem Pengenalan Wicara Otomatis untuk Pendiktean Medis (SPWPM) yang merupakan sebuah Sistem Layanan Pengenalan Wicara Otomatis (ASR) yang dapat membantu tenaga medis mendiktekan keterangan medis secara verbal untuk dikonversikan menjadi data tertulis ke pusat data medis rumah sakit.

"SPWPM dapat digunakan dan diintegrasikan bersama aplikasi rekam medis yang ada di Rumah Sakit, seperti aplikasi MEDIS247 yang dikembangkan oleh Solusi 247. Arsitektur SPWPM terdiri dari tiga komponen penting (Middleware, Backend, Pendukung) dalam bentuk kontainer-kontainer yang dikelola dan diorkestrasikan dalam sebuah platform awan Docker Swarm," jelas Anto.

Di sisi lain, sama halnya dengan Ketua PRKAKS BRIN, teknologi AI juga dimanfaatkan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel A. Pangerapan untuk pemerintahan dan masyarakat melalui Natural Language Processing (NLP).

Semuel menjelaskan, dalam Ditjen Aptika Kemenkominfo, penggunaan NLP mayoritas digunakan untuk keyword searching yang tengah trending dan social network analysis. Utamanya dilakukan ketika ada kebijakan atau isu terkait pemerintah yang ramai diperbincangkan. Dengan mengetahui hasil analisis trending dan SNA, pemerintah dapat membuat kebijakan yang lebih mendengarkan kebutuhan masyarakat.


Bagikan artikel ini