Pemanfaatan Teknologi AI dalam Transformasi Digital Kesehatan


Chief DTO Kementerian Kesehatan, Setiaji

Chief DTO Kementerian Kesehatan, Setiaji

Kementerian Kesehatan berikan informasi kondisi dan tantangan data serta sistem informasi kesehatan di Indonesia yakni terdapat lebih dari 400 aplikasi kesehatan pemerintah yang belum saling terintegrasi, beberapa data yang sama dikumpulkan dengan aplikasi yang berbeda.

Kondisi dan tantangan lainnya adalah aplikasi milik developer health information system belum terintegrasi dengan ekosistem layanan kesehatan Indonesia, ketidakseragaman metadata menyebabkan interoperabilitas sulit dilakukan, dan tidak adanya standar format interoperabilitas sehingga integrasi dilakukan berbeda antar aplikasi.

"Di masa COVID-19, tantangan kapasitas kesehatan kita sangat diuji karena dokter dan tempat tidur sangat kekurangan dan memerlukan penambahan kapasitas yang luar biasa. Apabila dilihat dari standar WHO, 1 dokter seharusnya seribu populasi namun di Indonesia baru 0,4 dan masih jauh tertinggal dengan negara lain," ujar Chief DTO Kementerian Kesehatan, Setiaji dalam paparannya pada Cloud Computing Developer Conference 2022 Webinar "Big Data & AI: From Insight to Automation", Rabu (20/7).

Oleh karena itu, pemanfaatan teknologi informasi tentunya sangat diperlukan dalam membantu kendala kapasitas kesehatan terutama rasio dokter yang masih kurang dari standar WHO.

Kementerian Kesehatan telah menyediakan telemedisin yang dapat digunakan oleh masyarakat sehingga tidak perlu ke rumah sakit untuk mendapatkan layanan kesehatan dan juga dengan telemedisin, masyarakat bisa mendapatkan obat secara gratis.

Tersedianya beragam teknologi saat ini dapat menjadi aset strategis dalam mewujudkan transformasi digital di bidang kesehatan terutama dalam menangani berbagai macam masalah kesehatan di Indonesia, misalnya dengan pemanfaatan Big Data, Artificial Intelligence, Internet of Things, hingga Machine Learning.

"Dengan adanya teknologi ini dapat kita manfaatkan secara gratis. Sesuai dengan tema pada webinar kali ini pada pemanfaatan IoT waearable device tengah disematkan pada jemaah haji untuk melakukan pengobatan yang lebih cepat," tutur Setiaji.

Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) di bidang kesehatan diimplementasikan dalam pemeriksaan kesehatan yang meliputi peningkatan akurasi diagnosis dan prognosis, pengoptimalan proses di rumah sakit. Deteksi otomatis kelainan pada digital imaging atau pencitraan digital, serta menemukan pengetahuan media baru.

Setiaji juga memaparkan beberapa contoh potensi penerapan AI di kesehatan yakni seperti chatbot pasien. Pasien dapat menginformasikan gejalan, AI melakukan triage apakah pasien perlu ke dokter. Jika perlu, AI akan merekomendasikan jadwal dokter sesuai kompetensi.

Contoh penerapan AI lainnya adalah face mask detection, AI pada kamera akan mendeteksi wajah, penggunaan masker dan suhu tubuh. Early Discharge Planning, AI memprediksi proses dan hambatan menuju discharge, optimasi proses ICU stepdown, mengurangi LOS. Optimalisasi kamar operasi (OK) dengan meningkatkan ketersediaan OK dengan menghitung skor ketersediaan waktu dengan riwayat tindakan dokter bedah.

"Contoh penerapan AI yang terakhir adalah deteksi kanker pada citra medis. AI akan mendeteksi densitas soft tissue dan klasifikasi dari mamografi. Area yang dicurigai akan ditandai memiliki skor tinggi sebagai klasifikasi," ungkap Setiaji.   


Bagikan artikel ini