Red Hat Sarankan Teknologi Open Hybrid Cloud untuk Inovasi Bisnis


Transformasi bisnis Digital

Ilustrasi Transformasi bisnis Digital

Di era kenormalan baru (new normal) perusahaan membutuhkan amunisi baru untuk memacu inovasi dalam rangka mengantisipasi aneka perubahan di masa pasca pandemi.  

Di ajang Red Hat Summit 2022, Red Hat menggarisbawahi peran teknologi open source dan hybrid cloud untuk mengakselerasi inovasi.

“Inovasi adalah sebuah kebutuhan, dan teknologi serta komunitas open source yang mengakselerasi inovasi tersebut. Sementara developers adalah kunci teknologi dan inovasi open source,” ujar Vony Tjiu, Country Manager, Red Hat Indonesia saat memaparkan  highlights dari Red Hat Summit 2022.

Inovasi perusahaan saat ini banyak dilakukan melalui pengembangan aplikasi. Vony menjelaskan bahwa aplikasi modern diharapkan bisa berjalan secara konsisten di berbagai platform (data center, edge, maupun cloud) dan diperbarui kapan saja. 

Menurut Vony, dengan mengusung teknologi open hybrid cloud, Red Hat memungkinkan inovasi terjadi di mana saja dengan berbagai pilihan yang fleksibel.  

Di ajang Red Hat Summit 2022 yang mengusung tema besar “Towards an open hybrid cloud future”, Red Hat menghadirkan Red Hat Enterprise Linux (RHEL) 9 yang menawarkan konsistensi lebih mumpuni antara hybrid dan public cloud, bare metal, dan edge.

Sementara versi terbaru Red Hat OpenShift menyediakan repeatable automation untuk edge. Dan pembaruan pada Ansible memungkinkan tim TI membangun arsitektur edge dengan cepat. 

“Kami juga mengumumkan kolaborasi dengan General Motor untuk ‘next generation of software-defined vehicles’ yang berkontribusi terhadap kemajuan dunia otomotif di masa yang akan datang,” jelas Vony.

Dengan kolaborasi ini, kedua perusahaan akan mengembangkan sistem operasi untuk kendaraan (in-vehicle). GM membangun platform software Ultifi dengan OS Linux sebagai fondasinya. Menurut rencana, sistem operasi otomotif ini akan dirilis tahun depan. 

Melansir dari Infokomputer.com, salah satu pelanggan Red Hat di Indonesia adalah Bank BTPN. Menurut Joko Kurniawan, Digital Service Enablement Head, Bank BTPN, perusahaannya memilih Red Hat sebagai mitra teknologi yang akan membantu Bank BTPN mencapai misinya dengan efisiensi dan inovasi dalam teknologi digital.

Contoh nyata inovasi berbasis teknologi open source di Bank BTPN adalah aplikasi Jenius. Aplikasi ini dikembangkan dalam lingkungan DevOps yang agile. Kelincahan dalam pengembangan aplikasi ini didukung oleh Red Hat OpenShift Container Platform.

Joko menjelaskan, implementasi OpenShift telah mengakselerasi pengembangan aplikasi maupun proses deployment-nya sehingga meningkatkan time to market dan menjadi sebuah keunggulan kompetitif bagi Bank BTPN. Selain itu, menurut Joko, implementasi OpenShift juga membantu perusahaan menekan biaya operasional. 

Sebagi informasi, BTPN dan Jenius meraih berhasil  Pioneer Award in Digital Banking 2021 pada ajang CNBC Indonesia Award 2021.


Bagikan artikel ini