Taman Nasional Bali Barat Gunakan AI sebagai Pengawas Hutan


Artificial Intelligence Industri

Ilustrasi Industri Artificial Intelligence

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadikan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) sebagai titik awal (pilot project) pengawasan hutan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Proyek itu kemudian dinamakan program Smart Forest Guardian.

"Objek pertama yang dijajaki adalah TNBB. Dalam rangka kerja sama itulah TNBB dijajaki untuk mengetahui lokasi dan kondisi di TNBB," kata Kepala TNBB Agus Ngurah Kresna Kepakisan di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Minggu.

Agus Ngurah mengatakan TNBB sudah dikunjungi tim lintas kementerian yang terdiri atas perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Badan Syber dan Sandi Negara (BSSN), Badan Intelijen Negara (BIN), KLHK, dan tim teknis dari Huawei sebagai pihak swasta yang diajak bekerja sama mengembangkan pengawasan hutan berbasis AI.

"Setelah penjajakan lokasi, nanti pihak Huawei secara resmi menyusun kerja sama kepada Menteri KLHK, dan keputusan berada di tangan menteri," katanya.

Teknologi pengawasan dengan kecerdasan buatan itu, kata dia, adalah alat untuk mendeteksi suara di kawasan hutan. Teknologi itu mampu membedakan suara satwa, burung, dan satwa lainnya, termasuk juga mampu mendeteksi suara gergaji, suara senso, atau suara-suara lain yang mencurigakan.

Teknologi ini diharapkan membantu pengamanan dan pengawasan hutan dari "illegal logging", "illegal mining", "illegal poaching" pemantauan satwa, wisata alam, serta pengayaan dan pemanfaatan data kehutanan.

CEO Huawei Indonesia, Jacky Chen, mengatakan pihaknya sebagai penyedia teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terkemuka di dunia yang telah 20 tahun hadir di Indonesia, berkomitmen untuk terus mendukung Indonesia dalam mengantisipasi tantangan dan peluang melalui pemanfaatan teknologi.

"Kami berkolaborasi dengan LSM Rainforest Connection (RFCx) membangun Smart Forest Guardian menggunakan teknologi AI untuk melindungi hutan dari pembalakan dan perburuan liar, serta upaya konservasi alam di Taman Nasional Bali Barat. Kami sangat percaya bahwa teknologi yang baik dapat membawa manfaat yang lebih besar bagi bangsa. Keterlibatan ini menjadi bagian awal dari perjalanan besar bersama untuk lingkungan yang makin lestari," katanya.

Kerja sama ini telah disambut baik oleh BPPT, Kemenkominfo, BIN, serta BSSN. Huawei pada pertengahan Oktober ini telah menandatangani nota kesepahaman dengan BPPT mengenai pengembangan kecerdasan buatan. Melalui teknologi kecerdasan buatan dalam pengawasan hutan diharapkan akan terkumpul data yang akurat dan rinci mengenai kondisi hutan di Indonesia.

"Hal yang harus diperhatikan adalah keamanan data yang akan didapatkan melalui teknologi ini. Data ini dapat menjadi acuan pemerintah untuk melakukan deteksi dini mengenai aktivitas illegal pada kawasan hutan," demikian Wiratno Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK.


Bagikan artikel ini