Bahaya Meme Anomali TikTok bagi Anak & Cara Mengatasinya
- Rita Puspita Sari
- •
- 15 jam yang lalu

Ilustrasi Aplikasi Tiktok
Di era digital seperti sekarang, anak-anak Generasi Alpha tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan konten visual dan audio yang cepat, unik, dan terkadang absurd. Salah satu tren yang tengah populer adalah konten “meme anomali” atau dikenal juga sebagai “Italian brainrot” yang kerap muncul di TikTok. Konten ini menampilkan karakter-karakter ganjil hasil gabungan manusia, hewan, dan benda mati, yang sering kali mengundang tawa sekaligus keanehan. Contohnya adalah tokoh seperti “Tung tung tung sahur” atau “Ballerina cappuccina”.
Meskipun terlihat lucu atau menghibur, para ahli kesehatan otak memperingatkan bahwa meme anomali dapat menimbulkan dampak negatif pada perkembangan anak-anak, terutama bila dikonsumsi secara berlebihan tanpa pendampingan. Nah, agar Anda sebagai orangtua lebih waspada dan siap mendampingi anak, berikut 5 dampak serius dari konten meme anomali terhadap anak-anak, disertai tips dan trik mengatasinya.
-
Overstimulasi Saraf Otak Anak
Apa itu overstimulasi?
Overstimulasi terjadi ketika otak menerima rangsangan secara berlebihan dan terlalu cepat. Konten meme anomali cenderung hadir dalam bentuk video potongan singkat, warna-warni mencolok, dengan transisi cepat antar adegan yang tidak logis. Ini membuat otak, terutama sistem dopaminergik (pengatur rasa senang), terus-menerus aktif secara ekstrem.Dampaknya pada anak:
- Anak menjadi gelisah, sulit diam.
- Tidak bisa menikmati konten dengan alur lambat dan logis.
- Menginginkan stimulasi yang semakin ekstrem dan tidak realistis.
Tips Mengatasi:
- Batasi durasi anak menonton TikTok maksimal 30 menit per hari.
- Arahkan anak menonton video edukatif dengan narasi jelas dan tempo lambat (misalnya cerita dongeng bergambar).
- Buat jadwal kegiatan offline seperti bermain puzzle, membaca buku, atau menggambar untuk menyeimbangkan stimulasi visual.
-
Anak Kehilangan Fokus dan Konsentrasi
Mengapa konten meme mengganggu fokus?
Karakter yang aneh dan perpindahan adegan yang cepat melatih otak anak untuk berpindah perhatian secara instan. Hal ini menyebabkan korteks prefrontal otak, bagian yang berperan dalam fokus dan pengambilan keputusan, tidak berkembang optimal karena tidak terbiasa dengan alur cerita atau konten yang membutuhkan perhatian lebih.Dampaknya pada anak:
- Anak sulit fokus dalam belajar.
- Tidak sabaran dan cepat bosan dengan aktivitas biasa.
- Kesulitan menyelesaikan tugas secara runtut.
Tips Mengatasi:
- Latih fokus anak lewat permainan seperti tebak gambar, teka-teki, atau membangun balok.
- Terapkan teknik “pomodoro” untuk belajar, yaitu belajar 15-25 menit lalu istirahat 5 menit.
- Ajak anak berdiskusi setelah menonton sesuatu: tanya siapa tokohnya, apa yang terjadi, dan apa pelajaran dari video tersebut.
-
Gangguan Emosi dan Kebingungan Moral
Apa bahayanya konten yang membaurkan kekerasan dan ekspresi gembira?
Konten meme anomali kerap menampilkan adegan kekerasan (seperti memukul) tapi dengan ekspresi senyum atau latar musik lucu. Ini membingungkan anak dalam memahami ekspresi emosi dan nilai moral dasar, seperti perbedaan antara baik dan buruk.Dampaknya pada anak:
- Anak tidak bisa membedakan mana perilaku yang pantas dan tidak pantas.
- Bisa meniru adegan tanpa memahami konteks (misalnya memukul teman tapi sambil tertawa).
- Sulit menunjukkan empati terhadap orang lain.
Tips Mengatasi:
- Jelaskan bahwa tidak semua yang terlihat lucu itu baik.
- Buat aturan keluarga tentang perilaku yang boleh dan tidak boleh ditiru.
- Gunakan boneka atau cerita untuk menggambarkan perasaan dan situasi sosial agar anak belajar membedakan emosi dengan konteksnya.
-
Imajinasi Anak Jadi Tidak Terarah
Apa masalahnya dengan konten tanpa alur cerita?
Meme anomali tidak memiliki plot atau alur logis. Tidak ada sebab-akibat yang jelas. Ini membuat kemampuan berpikir metakognitif anak (kemampuan untuk memahami cara berpikir sendiri) menjadi tidak berkembang.Dampaknya pada anak:
- Imajinasi anak tidak terarah dan cenderung absurd.
- Anak sulit membuat cerita atau menyusun ide secara runtut.
- Tidak terbiasa berpikir logis atau mengambil keputusan berdasarkan sebab-akibat.
Tips Mengatasi:
- Ajak anak membuat cerita sendiri berdasarkan pengalaman sehari-hari.
- Berikan media bermain seperti balok, tanah liat, atau lego untuk melatih imajinasi dan logika.
- Bacakan buku cerita sebelum tidur dan diskusikan isinya. Ini membantu anak menyerap struktur narasi yang logis dan teratur.
-
Bingung dengan Nilai-Nilai Sosial
Konten meme anomali bisa membingungkan anak soal siapa yang baik dan siapa yang jahat. Misalnya, karakter yang melakukan kekerasan digambarkan lucu atau ramah. Ini menciptakan konflik nilai dalam benak anak.Dampaknya pada anak:
- Anak sulit mengenali tokoh panutan dalam kehidupan nyata.
- Berpotensi meniru perilaku negatif karena tokoh jahat terlihat menyenangkan.
- Meragukan nilai-nilai yang diajarkan orangtua, seperti kejujuran, empati, dan kebaikan.
Tips Mengatasi:
- Ajak anak bermain peran, seperti polisi dan penjahat, untuk mengenalkan konsep baik dan buruk secara menyenangkan.
- Berikan contoh nyata dari kehidupan sehari-hari: siapa yang membantu, siapa yang menyakiti.
- Gunakan film atau serial anak yang jelas karakter baik dan jahatnya sebagai referensi belajar nilai-nilai sosial.
Boleh Ditonton, Tapi dengan Pendampingan
Menurut Dr. Taufiq Pasiak, konten meme anomali tidak sepenuhnya dilarang, namun orangtua harus bijak dan aktif dalam mendampingi anak saat menontonnya. Sesekali menonton boleh, asalkan tidak menjadi kebiasaan harian.
Tips praktis untuk orangtua:
- Pantau aplikasi yang digunakan anak, terutama TikTok.
- Gunakan fitur “screen time” di ponsel untuk membatasi durasi menonton.
- Tonton bersama dan ajak anak berdiskusi tentang isi konten.
- Prioritaskan konten edukatif dan hiburan yang ramah anak.
Meme anomali mungkin menjadi tren yang menarik bagi anak-anak, namun jika dikonsumsi tanpa pengawasan, berpotensi mengganggu tumbuh kembang otak, emosi, dan karakter mereka. Alih-alih melarang total, orangtua sebaiknya proaktif, terbuka, dan hadir dalam aktivitas digital anak.
Dengan mengenali dampaknya dan menerapkan tips-tips yang tepat, Anda bisa memastikan anak tumbuh dengan sehat secara mental dan emosional, sambil tetap menikmati dunia digital dengan cara yang aman dan mendidik.