Skandal Kebocoran Data Google, Alphabet Bayar Rp 5,4 Triliun


Cyber Security

Ilustrasi Cyber Security

Alphabet, induk perusahaan teknologi raksasa Google, telah menyetujui pembayaran sebesar US$ 350 juta atau setara dengan Rp 5,4 triliun untuk menyelesaikan kasus gugatan kelompok terkait kebocoran data yang terjadi pada platform Google+. Meskipun Google+ kini sudah tidak lagi beroperasi, kebocoran data pada platform tersebut telah menimbulkan masalah serius bagi Alphabet.

Pada tahun 2018, Google menemukan adanya kebocoran data pada platform Google+. Namun demikian, perusahaan disinyalir menutup-nutupi kebocoran tersebut, yang kemudian memicu gugatan hukum dari sejumlah pihak. Gugatan ini dipimpin oleh Bendahara Umum Rhode Island, James Diossa, yang bertujuan untuk mengamankan dana pensiun di negara bagian tersebut. Rhode Island memiliki saham di Alphabet, sehingga keberhasilan gugatan ini menjadi perhatian utama.

Menurut putusan pengadilan, Google tidak secara transparan mengumumkan kebocoran data Google+ saat pertama kali mengetahuinya. Alasan di balik kebijakan ini adalah ketakutan Google akan reaksi publik dan kemungkinan tindakan regulasi yang keras. Pada masa yang sama, kebocoran data Facebook melalui skandal Cambridge Analytica telah memicu kecaman luas terhadap Facebook, yang membuat Google khawatir akan mengalami nasib serupa.

Meskipun Google berupaya untuk merahasiakan kebocoran data Google+, akhirnya kebobrokan tersebut terungkap ke publik. Saham Alphabet pun merosot beberapa kali sebagai akibat dari skandal ini, sementara nilai pasar perusahaan juga tergerus miliaran dolar AS.

Dokumen di Pengadilan Negeri Distrik California Utara mengungkapkan bahwa individu yang membeli saham Google antara 23 April 2018 hingga 30 April 2019 berhak untuk mengajukan klaim kompensasi saham dengan nilai tertentu sebagai akibat dari kerugian yang dialami akibat skandal kebocoran data.

Perlindungan Data Pribadi di Internet

Kebocoran data pribadi bukanlah masalah baru. Dengan berbagai metode, termasuk scamming, data pribadi seringkali dieksploitasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk keuntungan pribadi mereka. Perilaku ini telah menimbulkan kekhawatiran bagi pengguna internet di seluruh dunia.

Ahli Digital Forensik Indonesia, Ruby Alamsyah, menekankan perlunya perlindungan yang kuat terhadap data pribadi untuk mencegah terjadinya kebocoran. Ia merekomendasikan beberapa langkah yang dapat diambil oleh pengguna media sosial untuk melindungi diri mereka sendiri:

  1. Gunakan Password yang Berbeda : Penting bagi setiap pengguna media sosial untuk memperhatikan keamanan akun mereka dengan menggunakan password yang berbeda untuk setiap akun. Dengan mengadopsi praktik ini, risiko kebocoran data dapat dikurangi secara signifikan. Jika salah satu akun mengalami pelanggaran keamanan, menggunakan password yang berbeda akan membantu mencegah akses yang tidak sah ke akun lainnya. Oleh karena itu, kebijakan menggunakan password yang berbeda merupakan langkah yang bijaksana dalam melindungi privasi dan keamanan data pribadi di era digital ini.
  1. Pembaruan Perangkat : Menjaga perangkat lunak pada perangkat seluler tetap terupdate sangatlah penting dalam menjaga keamanan dan privasi data. Melalui pembaharuan rutin, kerentanan terhadap serangan malware dapat diminimalisir, sehingga mengurangi risiko kebocoran data yang sensitif. Perangkat lunak yang tidak diperbarui rentan terhadap eksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, sehingga menjadikan langkah pembaharuan sebagai langkah preventif yang krusial dalam melindungi integritas dan keamanan perangkat serta data pengguna.
  1. Monitoring dan Enkripsi Data: Menerapkan praktik monitoring dan enkripsi data yang disimpan di perangkat keras (hard drive) merupakan langkah yang sangat penting dalam menjaga keamanan informasi pribadi. Dengan melakukan monitoring secara teratur, pengguna dapat mengidentifikasi potensi ancaman keamanan dan tindakan yang mencurigakan terhadap data mereka. Sementara itu, enkripsi data membantu mengamankan informasi pribadi dengan mengubahnya menjadi kode yang tidak dapat dibaca oleh pihak yang tidak berwenang. Dengan demikian, kombinasi antara monitoring dan enkripsi data memberikan lapisan tambahan perlindungan yang kuat terhadap kerahasiaan dan integritas informasi pribadi pengguna.

Menjaga keamanan data pribadi bukan hanya tanggung jawab platform, tetapi juga merupakan kewajiban bagi setiap pengguna internet. Dengan langkah-langkah preventif yang tepat, kita dapat mengurangi risiko kebocoran data pribadi dan memastikan privasi kita terjaga dengan baik.

Dengan kasus kebocoran data yang terjadi pada Google+ dan skandal sejenis yang melanda Facebook, penting bagi perusahaan teknologi besar untuk memprioritaskan keamanan data pengguna mereka. Sebagai pengguna internet, kita juga harus memahami risiko yang terkait dengan berbagi informasi pribadi secara online, serta mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri kita sendiri dari ancaman keamanan digital.


Bagikan artikel ini